Transisi Kendaraan Listrik Dorong Penurunan Konsumsi BBM Nasional Bertahap

Sabtu, 27 Desember 2025 | 09:32:55 WIB
Transisi Kendaraan Listrik Dorong Penurunan Konsumsi BBM Nasional Bertahap

JAKARTA - Perubahan lanskap energi global mulai terasa hingga ke pola konsumsi dalam negeri. 

Ketika kendaraan listrik kian diadopsi dan energi terbarukan terus dikembangkan, ketergantungan terhadap bahan bakar minyak perlahan diproyeksikan mengalami pergeseran. Meski minyak fosil masih menjadi tulang punggung energi saat ini, para pelaku industri melihat arah perubahan yang tidak terelakkan dalam jangka panjang.

Indonesia pun berada di persimpangan transisi energi tersebut. Permintaan energi terus tumbuh, tetapi cara memenuhinya mulai berubah. Dalam konteks inilah, prediksi penurunan konsumsi BBM setelah pertengahan dekade mendatang menjadi perhatian, seiring meningkatnya penggunaan kendaraan listrik dan peran gas alam sebagai energi transisi.

Minyak Fosil Masih Diminati Namun Arah Konsumsi Berubah

Ketua Indonesian Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof mengungkapkan minyak yang merupakan salah satu sumber energi fosil masih sangat diminati, dan permintaannya akan terus meningkat. Namun, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) diperiksi bakal menurun setelah 2035 imbas peralihan konsumen ke kendaraan listrik.

“Perubahan ini tentunya karena ada perubahan dari adopsi transportasi energi menggunakan kendaraan listrik dan perubahan penggunaan bahan bakar yang sifatnya lebih kepada energi terbarukan,” ujar Aris dalam webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rabu (24/12/2025).

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penurunan konsumsi BBM bukan disebabkan oleh hilangnya kebutuhan energi, melainkan perubahan teknologi dan preferensi masyarakat. Transportasi menjadi sektor yang paling cepat merasakan dampak peralihan ini.

Kendati demikian, Aris menekankan bahwa minyak bumi belum akan ditinggalkan sepenuhnya dalam waktu dekat. Selama masa transisi, energi fosil masih berperan penting dalam menopang kebutuhan nasional dan global.

Perkembangan Kendaraan Listrik dan Dampaknya ke Pasar Energi

Sebelumnya, Indef mencatat penjualan battery electric vehicle (BEV) melonjak hampir sembilan kali lipat. Proyeksi 2025 memperkirakan BEV menembus 126.000 unit atau sekitar 10 persen dari total pasar.

Namun demikian, penjualan mobil listrik di Indonesia menurun dari 1,048 juta unit pada 2022 menjadi 866.000 unit di 2024. Fluktuasi ini menunjukkan bahwa transisi kendaraan listrik tidak selalu berjalan linier dan masih dipengaruhi berbagai faktor.

Meski angka penjualan sempat menurun, tren jangka panjang adopsi kendaraan listrik dinilai tetap kuat. Kebijakan pemerintah, perkembangan infrastruktur, dan kesadaran lingkungan menjadi pendorong utama perubahan tersebut.

Dalam jangka panjang, peningkatan populasi kendaraan listrik diperkirakan akan menggerus konsumsi BBM secara bertahap. Dampaknya akan terasa signifikan setelah infrastruktur dan ekosistem kendaraan listrik semakin matang.

Gas Alam Jadi Jembatan Menuju Energi Bersih

Berbeda dengan minyak mentah, Aris menilai gas alam akan memiliki masa penggunaan yang lebih panjang dalam transisi energi. Secara global, permintaan gas diproyeksikan meningkat hingga 2040, lalu stagnan seiring perkembangan energi terbarukan.

“Selain dari gas yang selalu kita gunakan LNG (liquefied natural gas) merupakan suatu bagian dari gas yang di mana perdagangan LNG ini makin pesat berkembangnya, terutama di Asia yang didorong oleh kebutuhan energi dari Asia Timur yakni China, Korea, dan Jepang,” papar dia.

Sementara pasokan utama LNG berasal dari Amerika Serikat, Qatar, dan Australia, sehingga LNG diperkirakan berperan besar selama tiga dekade mendatang. Gas alam dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara dan minyak.

Dalam kesempatan tersebut, Aris menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi gas alam dengan cadangan dan sumber daya mencapai triliun kaki kubik (TCF) tersebar di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

“Hal ini merupakan modal bagi kita ke depan bagaimana kita memanfaatkan energi gas sebesar-besarnya untuk kebutuhan rakyat,” sebut Aris. Potensi ini dinilai strategis untuk mendukung ketahanan energi nasional.

Tantangan Distribusi dan Ketahanan Energi Nasional

Meski memiliki cadangan besar, Indonesia menghadapi tantangan berupa suplai dan permintaan gas yang tidak seimbang. Permintaan gas paling banyak berasal dari Jawa dan Sumatera yang mencapai 80 persen, sementara 60 persen sumbernya berada di Indonesia bagian timur.

Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi gas sangat bergantung pada pipa dan LNG. Ketidakseimbangan ini, menurut Aris, menuntut pengembangan infrastruktur agar suplai dari wilayah timur dapat menjangkau pusat permintaan.

“Ini PR yang besar bagi kita semua,” imbuh Aris. Pengembangan jaringan pipa dan fasilitas LNG menjadi kunci untuk menjawab tantangan tersebut.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan menyatakan saat ini ketahanan nasional masih menghadapi kendala. Masalah tersebut meliputi penurunan produksi minyak, keterbatasan kapasitas kilang, tingginya ketergantungan impor energi, hingga rendahnya bauran energi baru terbarukan.

Namun, ia menegaskan Indonesia berada dalam era transisi energi. Gas bumi dipilih sebagai sumber energi alternatif karena lebih ramah lingkungan dan cadangan dalam negeri masih memadai.

Berdasarkan data per 1 Januari 2025, cadangan gas bumi Indonesia mencapai 55.852 billion standard cubic feet (BSCF). Hingga September 2025, rata-rata pemanfaatan gas bumi mencapai 5.594 billion british thermal unit per day dengan penyerapan domestik sekitar 69,65 persen.

“Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk memprioritaskan kebutuhan gas dalam negeri,” ucap Hendra. Strategi yang ditempuh mencakup percepatan eksplorasi, peningkatan produksi, serta pembangunan infrastruktur gas nasional.

Dengan langkah tersebut, gas bumi diharapkan menjadi penopang utama selama masa transisi, seiring menurunnya konsumsi BBM dan meningkatnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

Terkini